Khanduri laot lhok Kuala cangkoi serta isra mi’raj cerminkan rasa syukur atas limpahan nikmat Allah SWT.

banner 120x600
banner 468x60

Banda Aceh – Pada hari Kamis 8 Agustus 2024 lembaga adat panglima laot Kuala Cangkoi yang dipimpin oleh bapak syafaat beserta pengurus melaksanakan kegiatan kanduri laot sekaligus isra mi’raj di kawasan Lhok Kuala cangkui ulee lhue kecamatan Meuraxa

 

banner 325x300

Dalam kegiatan tersebut turut dihadiri oleh PJ walikota Banda Aceh yang diwakili oleh staf ahli bidang pemerintah politik dan hukum Iskandar S.Sos Msi juga hadir ketua lembaga panglima laot Aceh, kadis pariwisata kota Banda Aceh, kadis P3K Banda Aceh, kadis perikanan dan kelautan Aceh, kapala sar Aceh, perwakilan unsur forkopimda, camat, Kapolsek, danramil, imam mukim, Keuchik Ulee lhue beserta 8 kunci gampong yang termasuk dalam kawasan pesisir panglima laot lhok Kuala cangkoi, tokoh ulama, tokoh pemuda, tokoh wanita, para nelayan, anak yatim dan masyarakat setempat.

 

Dalam kesempatan tersebut panglima laot lhok Kuala cangkoi mengucapkan terima kasih atas kehadiran para undangan dalam kanduri laut serta isra mi’raj dan juga kepada pengurus lembaga adat panglima laut serta para nelayan yang telah mempersiapkan event adat kanduri laut sehingga bisa terlaksana dengan baik, di lain hal menurut panglima laut pawang syafaat bahwa kegiatan kanduri laut ini sudah lama dipersiapkan, akan tetapi ditunda akibat beberapa waktu yang lalu daerah kita dilanda covid-19 di mana semua kegiatan yang melibatkan orang ramai tidak diberikan izin, maka hari ini baru bisa dilaksanakan kanduri laut sekaligus isra mi’raj, pada kegiatan ini juga diisi dengan zikir, sholawat badar, kesenian tari tari pukat juga santunan untuk 70 orang anak yatim.

 

Pada kesempatan lain PJ walikota Banda Aceh yang diwakili oleh staf ahli bidang pemerintah politik dan hukum memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas kanduli laut yang dilaksanakan oleh lembaga panglima laut Lhok Kuala cangkui, karena kanduri ini merupakan refleksi rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan kehidupan dan rezeki kepada kita semua dan juga merupakan ajang silaturahmi antara kita semua untuk memperkuat ukhuwah islamiyah sehingga kita bisa bersama-sama menjaga laut dari pencemaran dan kerusakan karena laut sebagai sumber kehidupan kita bersama.

 

Di samping itu, Iskandar juga mengatakan bahwa Alhamdulillah merupakan budaya dan adat istiadat indatu yang sudah berlangsung beradab yang lalu, menurut literasi adat Alhamdulillah sudah ada sejak zaman kesultanan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Iskandar muda perkasa meukuta alam, karena adat istiadat pada saat itu sangat dijunjung tinggi sehingga kita sering mendengar kata-kata bijak dalam bahasa Aceh, adat ngen hukum lagee zat ngen sifat yang maknanya adat dan hukum maksudnya hukum Islam, malaikat tidak mungkin terpisahkan karena ada bersandarkan pada hukum Islam.

 

Kemudian juga kata-kata adat bak poutemerehom, hukum bak Syiah Kuala, qanun bak Putroe Phang, reusam bak Bintara, ini menunjukkan sistem pemerintah Aceh pada saat itu sudah sangat baik sehingga Aceh menjadi pusat peradaban Islam di Asia tenggara dan menjadi kerajaan yang sangat disegani dan dihormati oleh kerajaan dan bangsa lain di dunia.

 

Belum lagi keteguhan kerajaan Aceh pada saat itu memegang adat istiadat yang begitu kuat yang dicontohkan oleh Sultan Iskandar muda dengan perkataan matee Aneuk meupat jeurat gadoh adat Pat tamita.

 

Pada masa kesultanan keberadaan lembaga adat panglima laut sangatlah berperan selain untuk menegahi berbagai persoalan menyangkut hal yang berkenaan dengan penegakan adat laut, pengembangan sumber daya alam laut dan perselisihan persengketaan adat laut, panglima laut juga diberikan kewenangan memobilisasi peperangan untuk mengusir penjajah dan juga memunculkan terhadap kapal yang berlabuh di kawasan perairan kerajaan Aceh.

 

Oleh karena itu adat istiadat indatu harus terus kita lestarikan karena adat istiadat ini adalah jati diri kita sebagai bangsa Aceh banyak negara yang masa lalunya berjaya sekarang ini hanya tinggal sejarah saja, ini disebabkan karena rakyatnya tidak menghargai sejarah bangsanya budaya dan adat istiadatnya serta kepercayaan atau agama yang dianutnya sehingga tergerus dan hilang oleh zaman.

 

Peradaban terus berubah termasuk kewenangan lembaga adat panglima laut juga terus disesuaikan dengan sistem pemerintahan saat ini, Alhamdulillah lembaga adat ini telah terakomodasi dalam UU no 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh, yang kemudian ditindaklanjuti dengan qanun nomor 10 tahun 2008 tentang lembaga adat, dan kita harapkan keberadaan lembaga adat panglima laut ini akan memberikan pencerahan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan menyangkut adat laut yang pada akhirnya memberikan kesejahteraan kepada semua nelayan di Aceh, Tutur Iskandar.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *