Perayaan Laksamana Keumalahayati Menjadi Refleksi Bangsa untuk Membangun Aceh Lebih Sejahtera

banner 120x600
banner 468x60

 

Banda Aceh – Perayaan Peringatan Hari Internasional Laksamana Malahayati ke-473 yang ditetapkan oleh UNESCO yang jatuh pada tanggal 1 Januari 2024 dilaksanakan di Taman Budaya Aceh l, Kota Banda Aceh dengan penuh khidmad dan kegembiraan untuk mengenang Perjalanan Pahlawan Nasional tersebut, Selasa (2/1/2024).

banner 325x300

 

Kegiatan kali ini diprakarsai oleh Majelis Seniman Aceh, dan dihadiri oleh Tokoh Sejarawan, Budayawan, Seniman dan Tokoh tokoh Wanita dalam Provinsi Aceh.

 

Perayaan hari internasional Laksamana Malahayati diisi dengan berbagai macam kegiatan seni budaya.. seperti Voice of Malahayati, Pembacaan Puisi, Hikayat, Musik Aceh dan Flashback Pejuangan Keumala Hayati yang disampaikan oleh Dr. Husaini Ibrahim MA yang didampingi oleh Budayawan Drs.Nab Bahany.

 

Dalam kesempatan tersebut media turut mewawancarai Ketua DPW GENPPARI Aceh, Iskandar S.Sos Msi.

 

Beliau menuturkan sangat gembira dan mengapresiasi Majelis Seniman Aceh yang telah menginisiasi peringatan Perayaan Hari Internasional Laksamana Malahayati.

 

Hal ini dikarenakan Laksamana Malahayati selain sebagai Pahlawan Nasional, juga merupakan Tokoh Wanita Dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO.

 

“Tentu kita harapkan dengan perayaan ini dapat menginspirasi terutama bagi kaum hawa untuk bisa mengikuti jejak Laksamana Keumalahayati, tentunya dengan menyesuaikan situasi dan kondisi saat ini sehingga bisa memberikan kontribusi bagi Pembangunan Aceh yang sejahtera,” papar Iskandar.

 

Di lain hal Iskandar juga menjelaskan bahwa Laksamana Malahayati merupakan satu-satunya Laksamana atau admiral wanita yang ada pada Abad ke XVI tersebut, dengan tugas yang amat berat yang diberikan oleh Sultan Alauddin Ri’ayat Syah Al Mukamil yaitu menjaga selat Malaka dari ancaman armada Portugis dan Belanda.

 

Era saat itu, situasi perairan Aceh cukup riskan, karena selat Malaka merupakan jalur rempah yang sangat penting, maka dibentuklah pasukan Inong Balee yang dipimpin oleh Laksamana Malahayati.

 

Pertempuran demi pertemuan berkecamuk di Jalur Rempah tersebut termasuk dengan armada Belanda yang dipimpin oleh dua bersaudara yaitu Cornelius De Hofmann dan Federic De Hofman, Laksamana Malahayati berhasil membunuh Cornelius De Hofmann dan menawan Federic De Hofman.

 

“Tapi yang paling penting dari sejarah ini bahwa keberadaan Laksamana Malahayati telah membuat mengubah peradaban pada saat itu, dimana kaum Wanita saat itu dianggap lemah dan tidak equal/setara serta kurang legitimate dalam kepemimpinan terbantahkan” ungkapnya.

 

“Ini sejarah loh, karena itu, jangan sekali kali kita meninggalkan sejarah kalau kita ingin menjadi bangsa yang besar, karena sejarah merupakan catatan perjalanan peradaban suatu bangsa, daerah dan kelompok masyarakat”, lanjutnya.

 

Jaman tidak pernah berubah tetapi peradabanlah yang terus berubah menuju kepada kemajuan dan akhirnya kepada kesejahteraan. Maka jadikanlah sejarah sebagai landasan atau pondasi untuk membangun Aceh yang lebih sejahtera ke depan.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *